Nice Homework (NHW) 1 Ibu Profesional

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Postingan sebelumnya, sudah saya share ke teman-teman semua materi mengenai Adab Menuntut Ilmu dari Institut Ibu Profesional. Nah, setelah materi, kita (para siswa IIP) diminta untuk mengerjakan NHW yang berkaitan dengan materi tersebut dalam bentuk menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan. Agar semakin paham dan materi yang didapat bisa langsung diaplikasikan dalam kehidupan kita.

Ini nih Nice Homework nya.

Pertanyaan 1 : Tentukan satu jurusan ilmu yang akan Anda tekuni di Universitas Kehidupan!

Untuk menjawab pertanyaan pertama ini saja saya butuh waktu beberapa hari untuk memantapkan pilihan saya. Benar-benar pilihan yang sulit. Karena apapun jawaban dari pertanyaan ini akan mempengaruhi langkahku di Universitas Kehidupan ini. Kalau pertanyaan ini diberikan saat saya belum menikah, mungkin saya akan menjawab jurusan ilmu psikologi khususnya dibidang parenting. Karena sejak saya lulus kuliah di Fakultas Psikologi, saya sangat tertarik dengan ilmu parenting.
Tetapi, setelah saya menikah, saya belajar banyak hal baru. Melalui setiap permasalahan yang saya hadapi dalam rumah tangga. Dan semakin menyadari bahwa saya butuh banyak ilmu untuk bisa melalui setiap permasalahan yang saya hadapi. Seperti ilmu manajemen emosi, ilmu ikhlas, ilmu sabar, ilmu syukur, ilmu komunikasi, ilmu pendidikan karakter, ilmu istri sholihah, ilmu rumah tangga bahagia, ilmu parenting juga, serta ilmu berbisnis dan ilmu public speaking. Dan ternyata, ilmu-ilmu yang saya ingin pelajari semua itu saya temukan ada dalam satu jurusan. Yaitu jurusan ilmu agama. Akhirnya setelah melalui pemikiran yang cukup panjang, serta mendiskusikan hal ini dengan suami, saya semakin yakin bahwa saya sangat membutuhkan jurusan ilmu ini.

Pertanyaan 2 : Alasan terkuat apa yang Anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut?

Alhamdulillah, saya sudah menikah dan membangun rumah tangga bersama suami kurang lebih 4 tahun. Dan selama itu, tidak dipungkiri, seperti layaknya setiap rumah tangga lainnya yang pasti mengalami pasang surut kehidupan. Begitu pula dengan rumah tangga saya. Kadang ada badai besar, terkadang kita (saya dan suami) harus melewati ombak yang tinggi, tapi kita juga alhamdulillah sering merasakan air laut yang tenang dengan hembusan angin yang semilir.
Selama 4 tahun kita membangun rumah tangga, kita banyak belajar hal baru. Saat di awal pernikahan masalah datang, kita semacam jetlag dalam menghadapinya. Sempat terbawa arus emosi dan ego masing-masing. Karena kita belum menemukan irama dalam rumah tangga kita. Sampai akhirnya, masalah-masalah tersebut sering atau bahkan hampir selalu terselesaikan saat kita kembali pada prinsip keyakinan kita terhadap agama. Dan kita selalu menemukan jawaban disitu. Kita selalu menemukan jalan keluar dari situ. Sehingga akhirnya kita yakin bahwa ilmu agama sangat penting untuk kita pelajari dan pahami. Serta segala ilmu yang kita cari dan butuhkan, selalu ada dalam ilmu agama tersebut. Kehidupan ini berisi tentang berbagai macam hal (kompleks), maka perlu ilmu yang kompleks pula untuk melaluinya, dan itu adalah ilmu agama. Karena ilmu agama itu paket lengkap. Bahkan paket spesial pakai telor. Karena tidak hanya mendapatkan ilmunya, tapi juga bisa mendapatkan reward (pahala) dari setiap ilmu yang telah diamalkan.

Pertanyaan 3 : Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan Anda rencanakan di bidang tersebut?
Saya sadar, untuk mempelajari ilmu agama yang kompleks ini, pasti membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Ilmu ini tidak akan selesai walaupun dipelajari disepanjang usia saya. Dan ilmu ini tidak akan bisa optimal bila hanya dipelajari pada saat-saat tertentu saja.

Oleh karenanya, perlu strategi dalam mempelajari ilmu ini, yakni :

  1. Belajar dari setiap pengalaman hidup yang dilalui. Saya percaya, sekecil apapun kejadian yang dialami, pasti ada pelajaran baru didalamnya.
  2. Belajar darimana saja dan dari siapa saja. Semua adalah guru. Tidak menutup kemungkinan orang yang lebih muda bahkan anak kecil sekalipun. Karena di Universitas Kehidupan ini, saya percaya bahwa semua adalah guru. Dan semua adalah murid bagi satu sama lain.
  3. Mengikuti pelatihan, seminar, workshop, kajian dan komunitas positif. Seperti kajian ilmu agama, komunitas Institut Ibu Profesional, dan sebagainya. Sehingga saya juga mendapatkan hal yang positif dari kegiatan-kegiatan yang positif tersebut.
  4. Memperbanyak membaca buku. Termasuk ebook.
  5. Berpartner. Untuk saya pribadi, memiliki partner dalam menuntut ilmu sangatlah penting. Karena untuk saling memberikan semangat dikala yang lain sedang “down”. Serta untuk saling mengingatkan dan memberi masukan satu sama lain. Dalam hal ini saya berpartner dengan suami saya.

Pertanyaan 4 : Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang Anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut?
Dalam menuntut ilmu, banyak sikap yang harus saya perbaiki yang masih menjadi “peer” saya, yaitu :

  • Terkadang masih menjadi “silent reader”. Sebenarnya, saya adalah orang yang aktif. Yang justru malah tidak bisa berdiam diri dalam waktu yang lama. Tetapi, seringkali saat masuk ke suatu lingkungan baru, saya butuh waktu agak lama untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tersebut. Sehingga menjadikan saya “silent reader” diawal proses menuntut ilmu itu. Seperti halnya saat saya bergabung di Institut Ibu Profesional ini. Semoga seiring berjalannya waktu, saya dapat segera bisa lebih berbaur sehingga proses belajar pun bisa lebih optimal. Mengingat banyak ilmu baru yang bisa saya dapatkan dan pasti saya butuhkan di Institut Ibu Profesional ini.
  • Sikap “ealah..”. Sebenarnya sikap ini sangat saya benci. Tapi ti)dak bisa saya bohongi terkadang sikap ini pun hinggap di dalam diri saya. Dan saya sangat ingin menghilangkannya. Sikap meremehkan ilmu yang baru didapat. Merasa ilmu baru itu sudah saya ketahui sebelumnya (ilmu lama) dan akhirnya cenderung meremehkan ilmu tersebut. Saya ingin mengubah sikap ini dengan mensugesti diri saya bahwa “ilmu lama” yang kembali saya dapatkan itu sebagai pengingat untuk diri saya (reminder). Karena sejatinya ilmu harus selalu diingat dan diulang agar semakin melekat dan menjadi karakter diri.
  • Mood swing. Ini termasuk peer besar saya. Susah konsisten atau istiqomah karena perubahan suasana hati yang sering naik turun. Yang akhirnya berdampak tidak selesainya apa yang sudah saya mulai. Atau berhenti ditengah jalan. Sehingga yang seharusnya saya bisa mendapatkan banyak hal positif menjadi kurang optimal. Disinilah peran besar seorang partner (suami). Semoga di IIP ini saya bisa menyelesaikannya dengan optimal.
  • Sikap malas. Kemalasan dan kebosanan memang musuh terbesar saya dalam menuntut ilmu. Saya termasuk orang yang sangat menyukai hal baru. Apapun itu. Tapi saya pun sangat mudah bosan terhadap sesuatu. Apapun itu. Apalagi bila hal tersebut kurang sesuai dengan apa yang menjadi keinginan saya. Sehingga saya harus selalu mencari inovasi dalam hal tersebut agar semangat tumbuh kembali dan kemalasan pun lenyap. Bisa dengan cara mengganti suasana belajar, mengganti waktu belajar, atau lainnya. Ada do’a yang sering saya panjatkan untuk menghilangkan kemalasan ini.

Terima kasih teman-teman yang sudah bersedia menyempatkan waktunya untuk membaca tulisan saya. Semoga ada hal positif yang bisa diambil dari tulisan ini ya. Happy Reading ;).

.

.

.

Ibu Profesional,

@qeenurulmakkiyah (find me 😉)

.

.

.

.

.

Sumber bacaan :

_Materi Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch 6, 2018_

_www.fiqihislam.com_

Matrikulasi – Adab Menuntut Ilmu (1)

Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh..

Sesuai janji, saya akan sharing materi pertama dalam matrikulasi yang saya ikuti dalam perkuliahan online Institut Ibu Profesional, yaitu mengenai Adab Menuntut Ilmu. Menuntut ilmu sejatinya memang wajib bagi semua manusia. Karena hanya kita yang memiliki akal pikiran. Berbeda dengan hewan atau makhluk yang lainnya. Maka dari itu, akal pikiran yang telah dianugerahkan kepada kita oleh Allah SWT harus kita pergunakan dengan sebaik-baiknya menggunakan ilmu (panduan) yang sesuai. Allah SWT pun akan mengangkat derajat orang berilmu seperti dalam firmannya pada QS. Al Mujadilah : 11

“…niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.

-Surat Al-Mujadilah, Ayat 11-

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.
Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya.

Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.
Mengapa para Ibu Profesional di kelas matrikulasi ini perlu memahami Adab menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain?

_Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan_

Para ibu lah nanti yang harus mengamalkan ADAB menuntut ilmu ini dengan baik, sehingga anak-anak yang menjadi amanah para ibu bisa mencontoh ADAB baik dari Ibunya

*ADAB PADA DIRI SENDIRI*
a. Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk
Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.Karena ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati.
b. Selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu, Hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline.
c.Menghindari sikap yang “merasa’ sudah lebih tahu dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan.
d.Menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajarinya dengan cara mengulang-ulang, membuat catatan penting, menuliskannya kembali dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.
e. Bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas yang diberikan setelah ilmu disampaikan. Karena sejatinya tugas itu adalah untuk mengikat sebuah ilmu agar mudah untuk diamalkan.

*ADAB TERHADAP GURU (PENYAMPAI SEBUAH ILMU)*
a. Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, menaruh rasa hormat kepadanya, disertai mendekatkan diri kepada DIA yang Maha Memiliki Ilmu dalam berkhidmat kepada guru.
b. Hendaknya penuntut ilmu tidak mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan, jangan pula membarengi guru dalam berkata, jangan memotong pembicaraan guru dan jangan berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara. Hendaknya penuntut ilmu penuh perhatian terhadap penjelasan guru mengenai suatu hal atau perintah yang diberikan guru. Sehingga guru tidak perlu mengulangi penjelasan untuk kedua kalinya.
c. Penuntut ilmu meminta keridhaan guru, ketika ingin menyebarkan ilmu yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan ke orang lain, dengan cara meminta ijin. Apabila dari awal guru sudah menyampaikan bahwa ilmu tersebut boleh disebarluaskan, maka cantumkan/ sebut nama guru sebagai bentuk penghormatan kita.

*ADAB TERHADAP SUMBER ILMU*
a. Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari.
b. Tidak melakukan penggandaan, membeli dan mendistribusikan untuk kepentingan komersiil, sebuah sumber ilmu tanpa ijin dari penulisnya.
c. Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga.
d. Dalam dunia online, tidak menyebarkan sumber ilmu yang diawali kalimat “copas dari grup sebelah” tanpa mencantumkan sumber ilmunya dari mana.
e. Dalam dunia online, harus menerapkan “sceptical thinking” dalam menerima sebuah informasi. jangan mudah percaya sebelum kita paham sumber ilmunya, meski berita itu baik.
Adab menuntut ilmu ini akan erat berkaitan dengan keberkahan sebuah ilmu, shg mendatangkan manfaat bagi hidup kita dan umat.

Sampai disini dulu materi mengenaiAdab Menuntut Ilmu. Semoga teman-teman bisa mengambil manfaat dari tulisan ini walaupun sedikit. Happy Reading. 🙂

Ibu Profesional,

@qeenurulmakkiyah (find me 😉)

Sumber Bacaan :

_Materi Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch 6, 2018_
_Turnomo Raharjo, Literasi Media & Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2012._
_Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (pendidikan dalam perspekitf hadis), Jakarta: Amzah, 2014, hlm. 5_
_Muhammad bin sholeh, Panduan lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta, 2015_

Kelas Matrikulasi Ibu Profesional

Bismillahhirrohmanirrohim. Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Akhir-akhir ini banyak sekali terjadi bencana di sekitar kita ya teman-teman. Jangan lupa terus berdoa agar kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.. Bencana yang terjadi belakangan ini terus mengingatkan saya bahwa kematian begitu dekat dengan kita. Hidup kita di dunia ini benar-benar hanya sebentar saja.

قَٰلَ إِن لَّبِثۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗاۖ لَّوۡ أَنَّكُمۡ كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

Artinya :
Dia (Allah) berfirman, “Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.”

-Surat Al-Mu’minun, Ayat 114

Melanjutkan dari tulisan saya sebelumnya (Kuliah untuk Para Ibu) hari ini kita akan membahas lebih lengkap tentang materi kelas Matrikulasi Ibu Profesional. Kami belajar di kelas ini selama kurang lebih 3 bulan. Selama 3 bulan tersebut, kami mendapatkan materi kurang lebih 9 materi yang pada masing-masing materi ada NHW (yang lupa apa itu NHW, bisa baca kembali di postingan ini ya 😘) yang harus kami kerjakan dan kumpulkan pada fasilitator masing-masing. Nah, luar biasanya adalah kita ( para ibu) dapat belajar dan mengerjakan NHW tersebut disela-sela kesibukan kita setiap hari. Karena perkuliahan ini dilakukan secara online. Belajarnya online, kelasnya online, tugasnya dikumpulkan secara online, tapi tugas tersebut harus kita praktekkan dalam keseharian kita juga. Gak dipraktekkan secara online yaa 😆. Karena IIP ini walaupun sekolah atau komunitas online, tetapi IIP mengajarkan kepada kita bahwa dunia offline lebih penting daripada dunia online. Terutama dalam hal membersamai keluarga. Jangan sampai dunia offline kita terbengkalai karena dunia online kita.

Kembali ke kelas matrikulasi, ini nih materi-materi yang kita dapatkan selama kelas Matrikulasi.

Materi Matrikulasi ini terbagi menjadi 9 materi. Yang setiap pekan akan membahas satu materi.

  1. Adab Menuntut Ilmu. Sebelum menuntut ilmu, penting kiranya kita mengetahui adab atau etika dalam menuntut ilmu itu sendiri. Sehingga saat ilmu sudah tergenggam, in syaa Allah menjadi ilmu yang berkah.
  2. Menjadi Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga. Ibu bukanlah profesi yang main-main. Karena dalam profesi seorang ibu, ada goals yang tidak main-main. Maka harus menjadi Ibu yang Profesional.
  3. Membangun Peradaban dari dalam Rumah. Rumah memang ruang lingkup kecil dalam sebuah peradaban. Tapi peradaban yang baik, berawal dari rumah (keluarga) yang baik.
  4. Mendidik dengan Kekuatan Fitrah. Tiap individu memiliki fitrahnya masing-masing yang pasti berbeda dari individu satu dengan lainnya. Allah pasti memiliki alasan dan tujuan mengapa kita dikaruniai kekuatan fitrah tersebut.
  5. Belajar Cara Belajar. Ada banyak cara dalam mempelajari sesuatu. Maka diperlukan pula ilmu untuk memilih cara yang tepat dalam mempelajari sesuatu.
  6. Ibu Manajer Keluarga Handal. Bila ayah adalah seorang direktur, maka ibu adalah seorang manajer keluarga yang harus mempertanggungjawabkan tugasnya pada seorang direktur.
  7. Rejeki itu Pasti, Kemuliaan Harus Dicari. Be Profesional, rejeki will follow. Kerjakan passionmu tanpa lupa tanggung jawabmu.
  8. Misi Spesifik Hidup dan Produktivitas. Dengan kekuatan fitrah yang kita miliki, akhirnya kita pun menemukan misi hidup kita. Untuk mencapainya, kita perlu langkah-langkah produktif sehingga misi kita tidak sekedar misi angan-angan.
  9. Bunda Sebagai Agen Perubahan. Apabila ada 1 ibu membuat suatu perubahan positif, maka akan terbentuk perubahan untuk satu generasi, yaitu generasi anak keturunannya. Jadi, para ibu dan calon ibu, mulailah bergerak dari keluarga, mulai bergerak dari diri kita sendiri, dan mulailah bergerak dari sekarang.

Untuk lebih jelasnya mengenai tiap-tiap materi, pada tulisan-tulisan saya selanjutnya nanti akan saya bahas satu persatu setahap demi setahap ya.. Sabar, bu.. hehehe 😁

“Ketenangan bertindak datangnya dari Allah, sedang ketergesaan datangnya dari syaiton.”

-Hadits Hasan, riwayat Al Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman-

Sampai disini dulu tulisan saya kali ini. Semoga tulisan yang singkat ini bisa bermanfaat untuk teman-teman semua, ya. Happy Reading 😊

Ibu Profesional,

@qeenurulmakkiyah (find me 😉)

Sumber Bacaan :

– Al Qur’an

– Diktat Just One Day One Hadits (JODOH)

2019

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Masih hawa – hawa tahun baru kan ya ini? Ya.. walaupun sebenarnya Tahun Baru kita sebagai Umat Islam adalah tahun baru Hijriyah. Tapi sampai sekarang Tahun Baru Masehi masih menjadi pengukur keseharian kita. Kalender kita di rumah aja kan masih pada Kalender Masehi. Mungkin itu juga sebab kenapa kebanyakan orang Islam masih banyak yang belum hafal bulan-bulan dalam Hijriyah. Hayooo.. Yuk ah kita inget-inget sebentar sebelum lanjut kebahasan sebelumnya.

Bulan – bulan dalam Kalender Hijriyah

Muharram – Safar – Robi’ul Awwal – Robi’ul Akhir – Djumadil Awal – Djumadil Akhir – Rajab – Sya’ban – Ramadhan – Syawal – Dzulqoidah – Dzulhijjah.

Alhamdulillah… Semoga kita bisa terus tetap mengingat bulan-bulan Hijriyah tersebut ya 😆

Tahun Baru identik dengan resolusi baru. Semangat Baru. Rencana Baru. Impian Baru. Tujuan Hidup baru. Target Hidup baru. Kalian juga gitu gak?

Kalau saya sih iya. Karena menurut saya pribadi, tidak ada salahnya kita melihat kembali rencana hidup kita, visi misi kita, goals kita, supaya ke depannya, hidup kita bisa terarah sesuai dengan tujuan yang sudah kita tetapkan tersebut.

Nah biasanya, saya membuat resolusi tahunan tersebut yang kemudian saya breakdown menjadi target bulanan dan target harian. Jadi, tiap harinya saya tahu apa yang harus saya lakukan dan harus saya selesaikan.

Untuk tahun ini, saya sudah membuat sesuai dengan visi misi hidup dan kebutuhan saya.

1. Dhuha dan Tahajjud

Dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: “Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma’ruf nahyi mungkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha.” (HR. Muslim)

2. Kurangin Tidur

3. Kurangin Gadget

Hhmm.. sudah pada tahulah ya bahayanya gadget bila kita memakainya secara berlebihan. Sebenarnya bukan hanya gadget sih. Apapun yang digunakan atau dikonsumsi atau dilakukan secara berlebihan maka akan berdampak kurang baik bagi kita.

Poin ini juga tidak jauh berbeda dengan poin kedua (Kurangin Tidur. Agar tidak tidur berlebihan).

Dalam firman Allah, “…………… Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (Qs. Al An’am:141).

4. Olahraga

Saya menyadari bahwa setahun ke belakang ini saya kurang sekali berolahraga. Efeknya apa? Banyak banget. Badan jadi mudah lelah dan pegal-pegal. Padahal aktivitas harian saya juga gak banyak sebenarnya. Terus malah bikin mudah ngantuk. Percaya deh. Mudah mengantuk itu karena kita kekurangan oksigen. Nah, dengan kita berolahraga, pasokan oksigen untuk tubuh kita lebih banyak yang akhirnya kita semakin semangat dan tidak mudah merasa ngantuk, lelah, dan sebagainya.

5. Manage Uang

Saya adalah ibu rumah tangga dimana keuangan untuk urusan rumah tangga dipercayakan sepenuhnya oleh suami kepada saya. Mulai masalah perdapuran, listrik, air, sampai masalah investasi. Tapi tetap ya.. semua itu melalui persetujuan suami. Karena saya hanya manager rumah tangga, sedangkan suami adalah direkturnya. Jadi memanage uang ini menjadi salah satu peer saya yang belum tuntas di tahun kemarin. Harapannya, di tahun ini saya bisa tuntas memanage keuangan rumah tangga dengan rapi.

7. Produktif

Setiap harinya, saya menghabiskan waktu lebih banyak di rumah. Tetapi saya terus berusaha agar selalu produktif walaupun hanya di rumah. Seperti dengan mengikuti komunitas online yang positif (Ibu profesional, hafalan quran, hafalan hadits, dan sebagainya), atau dengan menulis di dalam blog ini contohnya. Tetapi, sampai tahun kemarin saya merasakan intensitas produktivitas saya masih sangat rendah. Jadi di tahun ini saya harus lebih meningkatkan intensitas ke-produktivitas-an tersebut dengan lebih disiplin terhadap diri sendiri. Wish me luck!

8. MOVE

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. (Qs. Al-Jumu’ah: 10)

Ini yang membuat saya harus terus bergerak. Karena Allah memerintahkan kita untuk bertebaran di muka bumi untuk mendapatkan karunia dari Allah.

Disini saya mendefinisikannya adalah kita harus terus berikhtiar dan bergerak. Yang pastinya bergerak ke arah yang lebih baik. Dalam hal apapun. Kesehatan (baik itu jasmani maupun rohani), Rejeki yang berkah, karakter diri, keagamaan, peran diri (sebagai perempuan, anak, istri, dan juga seorang ibu in syaa Allah), dan lain sebagainya.

Intinya terus berbenah mengupgrade diri dalam segala hal menuju ke arah yang lebih baik agar mendapatkan karunia dan keberkahan dari Allah SWT.

Delapan poin resolusi saya tahun ini semoga bisa saya optimalkan hingga mencapai hasil yanh maksimal. Terima kasih teman-teman yang sudah membaca. Happy reading and let’s learn together. Wassalam.

.

.

.

.

.

Ibu Profesional,

@qeenurulmakkiyah (find me 😉)

.

.

.

Sumber Bacaan :

– Al Quran

– Shahih Muslim versi Al Alamiyah.

Kuliah untuk Para Ibu

Bismillahirrohmannirrohim. Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Mungkin bagi teman-teman yang sudah pernah membaca tulisan-tulisan saya di blog ini, merasa kalau tulisan saya berubah ubah. Terkadang membawa suasana yang riang, renyah, atau kadang serius, bahkan kaku. Maafkan saja ya. Hihihi. Memang sampai saat ini tulisan saya belum menemukan jati dirinya. Namanya juga belajar menulis. Apalagi tulisan di blog saya ini dimulai sekitar 5 tahun yang lalu. Jelaslah ya.. Saya 5 tahun yang lalu pasti berbeda dengan saya saat ini. Harapannya sih dengan kembalinya saya menulis, tulisan saya berhasil menemukan jati dirinya.

Nah, kalau ditulisan sebelumnya saya membahas sedikit betapa pentingnya ibu yang cerdas dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Dalam tulisan saya kali ini, sesuai janji saya, saya akan memberikan contoh sebuah komunitas online untuk para ibu bisa belajar bersama ibu-ibu lainnya mengenai parenting, manajemen rumah tangga, aktualisasi diri, dan lain sebagainya. Komunitas inilah yang menjadi salah satu kesibukan saya beberapa bulan terakhir. Kesibukan ini juga sih yang berhasil membuat saya kembali menulis.

Beberapa bulan yang lalu saya mendaftarkan diri sebagai siswa di komunitas ini untuk mengikuti perkuliahan online yang disebut Institut Ibu Profesional (IIP). Buat teman-teman yang belum tahu apa itu IIP, bisa baca-baca infonya di www.ibuprofesional.com

Kuliah apa sih itu sebenarnya?

Di IIP kita diajarkan bagaimana caranya menjadi seorang ibu yang profesional. Entah ibu yang memiliki karir di luar rumah atau di dalam rumah (ranah domestik). Intinya, semua wanita harus bisa menjadi ibu yang profesional. Karena peran wanita sangat penting untuk memajukan peradaban. komunitas ini tidak saja diikuti oleh wanita yang sudah menikah loh.. Banyak juga para wanita belum menikah yang mengikuti komunitas ini. Memang seharusnya begitu kan ya. Kita harus tahu dan paham ilmunya terlebih dahulu sebelum kemudian mempraktekkannya. Kita harus tahu cara menjadi seorang istri sholihah sebelum status istri tersebut kita sandang. Kita harus tahu cara mendidik dan mendampingi seorang anak, sebelum kita diberikan amanah seorang anak oleh Allah. Jadi nantinya, kita melangkah bersama ilmu. Bukan melangkah yang coba ini coba itu.

Kembali ke perkuliahan online IIP. Ada beberapa tahap untuk bisa lulus dalam perkuliahan online ini, yaitu :

Tahap 1 – Bunda Sayang : Tahap ini mengajak para ibu dan calon ibu untuk terus belajar bagaimana mendidik anak dengan mudah dan menyenangkan.

Tahap 2 – Bunda Cekatan : Di tahap ini para ibu dilatih untuk meningkatkan kapasitas diri mereka sebagai seorang manajer keluarga yang cekatan menjalankan peran.

Tahap 3 – Bunda Produktif : Di tahap ini para ibu dilatih untuk memahami potensi diri, menemukan jalan hidup sesuai fitur uniknya, sehingga antara mendidik anak, berkarya dan menjemput rejeki menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan apalagi dikorbankan.

Tahap 4 – Bunda Shaleha : Di tahap ini para ibu dilatih untuk bisa menjadi agen perubahan di masyarakat sekitarnya, dimulai dengan perubahan diri sendiri dan perubahan di dalam keluarganya secara berkelanjutan.

Pada setiap tahap tersebut, kita akan belajar selama 1 tahun. Dan ada tugas-tugas menyenangkan yang kita sebut Nice Home Work (NHW) karena benar-benar menyenangkan (untuk saya pribadi, ya.. gak tahu kalau teman-teman yang lain. 😋). NHW ini harus kita kerjakan dan kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tapi sebelum memasuki tahapan-tahapan tersebut, kita harus berhasil lulus dalam kelas matrikulasi terlebih dahulu. Kelas matrikulasi ini bertujuan untuk membuka wawasan, menyamakan frekuensi para ibu pembelajar, calon Ibu Profesional. Saat ini memang saya masih berada di kelas Matrikulasi, saya sudah merasakan perbedaan di diri saya dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Aaakkk pokoknya senang dan bangga sekali bisa berkesempatan untuk belajar di IIP. Saat pendaftaran saya juga alhamdulillah berhasil lolos diantara ribuan pendaftar yang ingin mengikuti perkuliahan ini juga.

matrikulasi

Makanya, saya memutuskan untuk kembali menulis dan akan menuliskan mengenai perjalanan saya di perkuliahan IIP ini. Agar teman-teman juga ikut merasakan semangat dan manfaat ilmu dari ilmu yang saya dapatkan di IIP ini. Selain itu, saya juga ingin mendapatkan keutamaan seperti yang dituliskan dalam sebuah hadits Rasulullah saw ini.

“Sesungguhnya Allah, malaikatNya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. At Tirmidzi – 2609)

Walaupun mungkin, ilmu dan kebaikan – kebaikan yang saya tulis dalam blog ini tidaklah seberapa, tetapi yang tidak seberapa ini semoga bermanfaat dan bisa diamalkan oleh teman-teman yang membaca semuanya ya.. So, Happy Reading and Let`s Learn Together. 🙂

.

.

.

.

.

Ibu Profesional,
@qeenurulmakkiyah (find me 😉)

.

.

.

Sumber Bacaan :

-www.ibuprofesional.com

-Sunan Tirmidzi versi Al-Alamiyah

Perlukah Memiliki Pendidikan Tinggi untuk Menjadi Seorang Ibu?

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Memang tidak cukup hanya sekedar niatan. Selama ini saya berniat untuk kembali menulis. Kembali menghidupkan blog yang sudah lama redup. Tapi selalu berhenti pada niatan. Dan itu tidak terjadi hanya satu atau dua kali saja. Setelah berniat tak ada kelanjutan, karena rasa malas yang begitu besar. Jangan ditiru ya…

Dan hari ini, alhamdulillah saya berhasil mengalahkan rasa malas itu. Dan… Happ!!! Inilah tulisan itu. Yang sedang teman-teman baca semua. Semoga ada kebaikan yang bisa diambil dari tulisan ini walaupun sedikit ya.

Nah, tulisan perdana saya setelah melalui tidur yang sangat panjang ini diawali dengan sebuah judul yang sangat panjang pula. “Perlukah memiliki pendidikan tinggi untuk menjadi seorang ibu?” Boleh loh, teman-teman jawab dulu pertanyaan tadi sebelum lanjut membaca. Hehehe… Kira-kira menurut teman-teman perlu gak ya?

“Aaahh.. Gak usah sekolah tinggi-tinggi, toh nanti akhirnya di rumah juga ngurus rumah dan anak.”

“Ngapain serius-serius belajar, toh nanti lulus ilmunya gak kepake` setelah nikah.”

“Mending belajar masak, jahit, beberes rumah, cuci-cuci.. Kan emang itu nanti yang kepake setelah nikah.”

Beberapa kalimat klise yang sering kita dengar itu memang tidak semuanya salah. Sebagai perempuan, kita memang dipaksa harus bisa memasak, beberes rumah, mencuci, dan melakukan urusan rumah lainnya. Walaupun di jaman sekarang ini banyak juga jasa yang menawarkan untuk melakukan tugas-tugas rumah tersebut. Nah, padahal aktivitas-aktivitas tersebut bukan sekedar aktivitas rutin biasa loh. Terutama untuk para istri dan ibu. Aktivitas tersebut adalah ladang pahala yang besar. Seperti yang pernah dikatakan oleh Rasulullah saw kepada putri tercintanya Fatimah Az Zahra dalam 10 nasihat atau wasiat untuk putrinya tersebut.

  1. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya kelak Allah tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diadonnya dan juga Allah akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.

  2. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.

  3. Wahai Fatimah! Sesungguhnya seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

(Nasihat-nasihat yang lainnya bisa teman-teman cari sendiri ya.. Saya hanya mencantumkan yang berkaitan dengan pembahasan kali ini).

Ada begitu banyak kebaikan dan keberkahan yang didapat dari aktivitas rutin tersebut kan. Akan terasa berbeda apabila kita melakukan aktivitas tersebut dengan niat dan semangat untuk mendapatkan kebaikan dan keberkahan tersebut. Setuju kan ya?

Sebelum kita lanjut, ada sebuah kalimat yang cukup menarik bagi saya dan ingin saya tampilkan disini.

WhatsApp Image 2018-10-10 at 12.52.19

Kalau saya sih Yess ya dengan kalimat ini. Hehehe… Karena ada syair Arab yang artinya “Ibu adalah Madrasah Pertama dan Utama Bagi Anak”. Dan seorang anak akan melakukan apa yang sering dilihatnya (Children See, Children Do). Sehingga, apabila ibu memberikan contoh atau teladan yang baik kepada anaknya, maka anak pun akan menjadi seorang yang baik nantinya. Dan apabila ibu memberikan pembelajaran dan bimbingan yang baik kepada anaknya, maka anak pun akan menjadi generasi yang baik pula nantinya.

Oleh karena itu, untuk dapat memberikan yang terbaik kepada anak, seorang ibu pasti membutuhkan cara atau ilmu yang harus dikuasai. Disinilah letak pentingnya pendidikan seorang ibu. Makanya saya setuju sekali dengan kalimat yang diucapkan Mbak Dian Sastrowardoyo tersebut. Tapi kemudian, pasti ada beberapa teman-teman yang bertanya-tanya, “Bukankah ilmu yang didapat saat kuliah sangat berbeda dengan ilmu yang dibutuhkan untuk mendidik anak?” Secara teknis, YA! Terlebih mungkin untuk beberapa jurusan kuliah seperti Jurusan Teknik, Keilmuan, dan lain sebagainya. Tetapi, dengan kita terus belajar dan menambah ilmu serta wawasan, maka pola pikir kita pun akan ikut terbentuk. Nah inilah yang nantinya bermanfaat saat kita mendidik anak.

“Lalu, apakah pendidikan tinggi tersebut hanya bisa didapatkan dalam sebuah pendidikan formal?”

Untuk pertanyaan tersebut, jawaban saya pribadi, TIDAK. Karena berpendidikan tidak harus belajar di sebuah pendidikan formal. Tetapi kita hanya perlu belajar dimana saja dan kapan saja. Karena belum tentu juga seseorang yang berpendidikan tinggi dalam sebuah pendidikan formal, mampu mendidik anaknya dengan baik.

Karena setelah berkuliah tinggi kita pun tetap harus mencari ilmu seputar parenting (ilmu pengasuhan anak) agar kita bisa meningkatkan kualitas peran kita sebagai seorang ibu. Bisa dengan cara bergabung dengan komunitas-komunitas positif baik online maupun offline yang memberikan ilmu-ilmu seputar hal-hal tersebut yang sudah banyak bermunculan sekarang ini. Komunitas seperti apakah contohnya? Pertanyaan ini akan terjawab ditulisan saya selanjutnya ya! Atau teman-teman bisa cari sendiri, tinggal searching di internet pasti ketemu deh! Okee.. Selamat mencari-cari komunitas yang sesuai dengan kebutuhan teman-teman ya… dan selamat belajar. Happy Reading and Let`s Learn Together. 🙂

 

Ibu Profesional,

.

@qeenurulmakkiyah (instagram)

.

.

.

sumber bacaan :

http://www.isdaryanto.com/nasihat-rasulullah-kepada-fatimah-az-zahra

Bacaan dan Tontonan yang Katanya “untuk Anak-Anak”

Bismillahirrohmannirrohim. Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Tulisan kali ini, saya awali dengan sebuah hadits Nabi kita tercinta, Nabi Muhammad SAW yaitu,

“Didiklah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya.” (HR. Ibnu Majah)

Atau, di hadits yang lain mengatakan,

saat Abu Dzar berkata kepada saudaranya tatkala datang berita diutusnya Rasulullah SAW, “Pergilah engkau ke lembah itu dan dengar apa yang diucapkannya.” Kemudian saudara Abu Dzar tersebut kembali lalu menyampaikan, “Aku melihat dia (Nabi Muhammad SAW) memerintahkan kepada budi pekerti yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadits-hadits tersebut, salah satu poin yang dapat diambil adalah bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita (umatnya) untuk senantiasa memperbaiki budi pekerti. Dalam hal ini, termasuk juga anak-anak. Nah, karena anak-anak belum mengetahui bagaimana membentuk budi pekerti yang baik, maka peran orangtualah yang sangat dibutuhkan disini. Untuk membentuk budi pekerti anak, ada empat hal yang penting untuk diperhatikan. Yaitu tauladan, lingkungan, bacaan dan tontonan anak-anak. Nah, tulisan kali ini, kita akan membahas keempat hal tersebut.

Yang pertama, untuk tauladan, pada tulisan saya sebelumnya sudah pernah saya bahas akan pentingnya memberi tauladan yang baik kepada anak-anak. Dari pemberian tauladan yang baik mengenai budi pekerti, anak kemudian akan meng-copy perilaku tersebut dan menjadikannya sebagai perilakunya pula. Karena anak-anak sangat mudah meniru apa yang mereka lihat, terutama orangtuanya (orang yang pertama dan paling dekat dengannya). Untuk lebih jelasnya, bisa diintip kembali tulisan saya mengenai tauladan pada judul “Kacamata Ali bin Abi Thalib (3)” dan juga “Parenting Cerdas”

Lalu poin kedua, yaitu lingkungan. Sangat penting untuk anak berada pada lingkungan yang positif. Tidak hanya membentuk lingkungan keluarga yang baik, tapi juga menemukan atau menciptakan lingkungan sosial yang baik untuk anak. Sehingga anak akan hidup dan terbiasa berada di lingkungan baik, yang terdapat orag-orang yang dapat memberinya ilmu mengenai budi pekerti yang baik. Seperti pula yang sudah pernah saya tulis dalam tulisan saya “Pilih Yang Mana?” dan Fragnant with The Perfume Seller.

Sedangkan untuk poin yang ketiga dan keempat, yaitu bacaan dan tontonan untuk anak-anak, ini sebenarnya juga termasuk di dalam lingkungan yang baik bagi anak. Tapi, sengaja saya sendirikan karena saat ini, bacaan dan tontonan untuk anak menurut saya tak lagi “sehat” untuk mereka (baca:anak-anak). Walaupun pada bukunya tertulis “BACAAN ANAK”, tapi ternyata tidak menjamin bahwa isinya dapat dikonsumsi untuk anak-anak. Seperti yang pernah saya temui pada sebuah artikel, bahwa terdapat buku “BACAAN ANAK” yang berisi pornografi di dalamnya. Atau bahkan buku pelajaran untuk anak tapi terdapat bacaan yang bukan mengenai dunia anak-anak. Justru berisi mengenai perselingkuhan, perceraian orangtua, dan lain sebagainya. Hhmm… miris memang, tapi inilah yang sedang terjadi saat ini. Oleh karena itu, penting kiranya orangtua lebih selektif dalam memilihkan bacaan untuk anak-anak. Kalo` perlu dibaca dulu buku yang akan diberikan pada anak. Bukan hanya dibaca judulnya, tapi juga isi dan dilihat gambar-gambar yang ada dalam buku tersebut.

Selain itu, tontonan anak-anak juga harus menjadi perhatian orangtua. Saat ini, banyak sekali pilihan film kartun untuk anak-anak. Di televisi, dalam bentuk DVD, VCD, youtube, atau bahkan di bioskop. Tapi, tetap perlu kiranya orangtua untuk menyeleksi film kartun yang ditonton anak-anak. Karena, menurut saya, ada film yang justru kalau ditonton balita yang sedang belajar berbicara, membuat balita tersebut malah susah untuk meningkatkan perkembangan bahasanya. Karena film kartun tersebut tidak menampilkan bahasa yang dapat dipelajari anak, bahkan film kartun tersebut hanya memunculkan suara-suara aneh yang kemungkinan akan ditiru anak. Misalkan, anak balita yang sedang belajar bicara diberikan tontonan film kartun yang tidak ada percakapan bahasanya. Hal tersebut tidak akan merangsang anak untuk berbicara. Maka, berikanlah rangsangan pada balita tersebut tontonan yang dapat melatih kemampuan bicaranya (yang ada mengenal kata benda, kerja, dan sebagainya). Kemudian, ada juga film kartun yang walaupun kemasannya dalam bentuk kartun, tapi cerita film tersebut lebih cocok dikonsumsi oleh orang dewasa. Seperti film yang memperlihatkan keseksian wanita, atau ada “adegan pacaran” atau adegan kekerasan yang justru nanti bisa ditiru oleh anak. Hhm.. kalau lingkungan dan jaman tidak bisa dikendalikan, maka anaklah yang harus kita (baca:orangtua) kendalikan. 🙂

Dan, sampai disini tulisan saya kali ini, semoga bermanfaat untuk semua yang membaca. Terima kasih sudah membaca, ya… Happy Reading and Let’s Learn Together. 🙂

Still and Always Learn, @Q_Qee

Apa Pendapat Anda Tentang Mitos ?

Bismillahirrohmannirrohim… Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Pernah tahu atau dengar tentang beberapa mitos di Indonesia? Pasti pernah kan? Karena di Indonesia banyak sekali mitos-mitos yang bermunculan. Ada yang masih mempercayainya, ada yang sudah menganggapnya angin lalu. Mulai dari mitos jodoh, kehamilan, pernikahan, mitos untuk anak-anak, sampai pada mitos kematian. Menurut wikipedia, mitos sendiri mempunyai arti catatan peristiwa bersejarah yang dilebih-lebihkan. Belum lagi, awal mula mitos adalah cerita mengenai legenda atau cerita rakyat yang kebanyakan adalah cerita yang dibuat sendiri dengan setting masa lampau. Jadi, mitos adalah cerita dari masa lampau yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Hhmm… begitulah menurut pendapat saya.

Tetapi, ternyata tidak semua mitos itu hanyalah cerita yang diada-adakan dan tanpa makna. Ada beberapa mitos yang dimunculkan sebagai nasihat, seperti mitos orang jaman dulu yang sering bilang kepada anak gadisnya untuk menyapu dengan bersih, kalau tidak bersih, nanti akan ada kemungkinan mendapatkan suami yang berjenggot (brewok). Walaupun sumber dan kebenarannya belum jelas, tetapi mitos ini sebenernya mempunyai nasihat orangtua kepada anaknya untuk selalu menyapu atau membersihkan rumah dengan baik. Artinya, tidak semua mitos itu buruk adanya. Mungkin saja memang sumbernya yang tidak jelas, atau terlalu diada-adakan, tapi bisa saja maknanya sangat baik untuk kita.

Nah, ada juga yang dari dulu berpikiran kalau hal yang satu ini adalah mitos, tapi ternyata hal ini sangat baik. Tidak hanya maknanya, tapi juga berasal dari sumber yang sangat baik. Apa itu kira-kira?

Hmm… saat kita kecil, atau mungkin kita (baca:orangtua) pernah mengatakan kalimat ini pada anak-anaknya. Yaitu memerintahkan anak-anak untuk segera pulang ke rumah saat maghrib telah tiba. Dan menambahkan kalimat di belakang dengan “Kalau gak masuk rumah, nanti ada setan loh, nanti diculik gondoruwo loh… “ dan lain sebagainya. Ternyata, ini samasekali bukan mitos. Karena kalimat ini sangat benar adanya. Karena sesuai dengan ajaran dari nabi kita, Rasulullah Muhammad SAW tercinta yang bersabda,

“Jika sudah masuk malam, maka jagalah anak-anak kalian keluar dari rumah. Sebab setan berkeliaran pada saat itu. Jika sudah berlalu sesaat, biarkanlah mereka kembali.” (HR. Bukhari)

Nah, sebagai seorang muslim, orangtua hendaknya berusaha untuk selalu melakukan perintah Nabi Muhammad SAW tersebut dengan menjaga dan menghentikan aktifitas anak-anak di luar rumah dan menggantinya dengan mengajak untuk bersiap-siap melakukan sholat maghrib sekeluarga. Hal tersebut untuk menjaga mereka dari gangguan setan yang berpeluang bergantungan kepada manusia di saat menjelang malam.

Okee… terima kasih sudah berkenan membaca tulisan saya kali ini tentang mitos. Semoga yang sedikit ini menjadi manfaat untuk kita semua. Dan, pertanyaan untuk temen-temen, “Lalu apa pendapat anda tentang mitos?” 🙂

Then, Happy reading and let’s learn together.

 

 

Still and Always Learn, @Q_Qee

Ayah, I Need You…

Bismillahirrohmannirrohim. Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Beberapa hari yang lalu, saya dikejutkan oleh sebuah kalimat dari seorang anak SMP. Kalimatnya seperti ini,

“Aku lebih suka kalo’ gak ada ayah di rumah. Soalnya kalo’ ada ayah, nanti pasti dikit-dikit dimarahin, dikit-dikit diceramahin, bosen dan males dengernya.”

Hhmm… apa yang temen-temen rasakan ketika membaca kalimat itu? Kalo` saya, miris, sedih, kasihan, ya kasihan ke ayahnya, kasihan juga ke anaknya. Kalo` sedihnya karena seharusnya, keberadaan seorang ayah itu dinanti-nanti oleh anak. Bukan malah sebaliknya. Belum lagi, setelah saya mendengar kalimat tersebut, saya kemudian teringat sebuah cerita duka yang saya dapatkan beberapa minggu yang lalu.

Bahwa ada seorang laki-laki yang berusia sekitar 45 tahun meninggal dunia. Ayah dari laki-laki ini belum meninggal dunia. Yang membuat saya terkejut adalah sejak laki-laki ini berusia remaja, ia sangat jarang dan hampir semakin tidak pernah melakukan komunikasi dengan sang ayah. Karena saat remaja, sang ayah memperlakukannya dengan sangat keras yang kemudian membuat si laki-laki tersinggung sampai bertahun-tahun. Bahkan rasa kesal, marah, dan sakit hatinya terhadap sang ayah masih ia bawa sampai ia meninggal. 😦

Miris dan sedih. Apakah temen-temen juga merasakan perasaan yang sama seperti yang saya rasakan setelah mendengar cerita ini? Hhmm… Kesalahan kita (baca:orangtua) dalam berucap, bersikap, ternyata tidak hanya berdampak buruk untuk anak tapi juga akan membekas dalam jangka waktu yang lama. Kalaupun orangtua merasa bahwa kemarahan atau perlakuan kasar yang diberikan kepada anak disebabkan karena ulah anak yang kurang baik, tapi tidak ada salahnya bila kemudian orangtua meminta maaf kepada anak atas perlakuan yang sudah dilakukan. Agar tidak ada perasaan sakit hati yang masih membekas pada anak.

Yuk kita sama-sama mengingat kisah Nabi Muhammad SAW yang pernah saya tuliskan dalam tulisan Posisi Anak Bagi Orangtua (3). Yaitu saat seorang bayi pipis dalam gendongan Rasulullah SAW dan kemudian ibunya, Ummu al Fadhl segera mengambil bayi tersebut dari gendongan Rasulullah SAW secara kasar. Rasulullah SAW pun berkata, “Pakaian yang kotor ini dapat dengan mudah dibersihkan oleh air. Tetapi apa yang sanggup menghilangkan kekeruhan jiwa anak ini akibat renggutanmu yang kasar?” Begitulah Nabi Muhammad SAW. Beliau memperlakukan seorang bayi, seorang anak dengan penuh kelembutan dan tidak ingin membuat bayi tersebut sakit hati. Sangat menjaga perasaan hati bayi tersebut.

Bila hati anak merasa senang, nyaman karena selalu diberikan kasih dan sayang oleh orangtuanya, maka tidak akan ada anak yang tidak suka berada jauh dari orangtuanya. Tidak akan ada anak yang memendam kekesalannya kepada ayah atau ibunya. Tidak akan ada anak yang merasa sakit hati dengan perkataan atau perlakuan orangtuanya. Tidak akan ada anak yang bosan mendengarkan nasihat yang diberikan oleh ibu atau ayahnya. Karena nasihat tersebut diberikan dengan tepat dan tidak berlebih-lebihan. Seperti yang dikatakan

“Dari Abi Wail, saudara putra Sala­mah, ia berkata, ‘Adalah Ibnu Mas’ud RA senantiasa menasihati kami pada setiap hari Kamis sekali.’ Lalu berkata seorang laki-laki kepadanya, ‘Wahai ayah Abdur­rahman, sungguh aku mengingini agar eng­kau menasihati kami setiap hari.’ Ibn Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya hal itu membuat aku sungkan lantaran aku kha­watir membuat kalian bosan. Sesung­guh­nya aku membatasi dalam hal me­nasi­hati, sebagaimana juga Rasulullah SAW membatasinya, sebab khawatir ke­bosan­an akan menimpa kami’.”  (Mutta­faq alaih).

Nah, begitulah sebaiknya orangtua menasihati seorang anaknya. Tidak terlalu panjang, tidak terlalu sering diulang-ulang, dan tidak terlalu keras. Jadi, saya pun juga begitu, saya akhiri tulisan saya kali ini, agar tulisan saya tidak terlalu panjaanggg… sehingga teman-teman pun tidak akan bosan membacanya… hehehhehe… 😀 Terakhir, teteeepp, Happy Reading and Let’s Learn Together. 😀

 

 

Still and Always Learn, @Q_Qee

Hanya Tentangmu, Kekasih Allah yang Selalu Dirindu

Bismillahirrohmannirrohim. Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Allahumma sholli ala Muhammad wa ala ali Muhammad… Hari ini adalah hari kelahiran kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW. Jadi, ijinkan saya untuk menceritakan sebuah cerita yang berhubungan dengan Nabi Muhammad SAW.

Beberapa hari yang lalu, seorang ayah, guru, ustadz saya yang bernama Ali Mustofa menceritakan sebuah kisah kepda saya dan beberapa teman saya. Dikisahkan olehnya, ada seorang ilmuwan yang sudah lebih dari 15 tahun dalam hidupnya, digunakan untuk meneliti kehidupan salah satu hewan, katakanlah hewan itu adalah semut. Ilmuwan ini meneliti mulai dari fisik semut, bagaimana semut bertahan hidup, sampai bagaimana semut bersosialisasi dengan semut yang lain, dan lain sebagainya. Ilmuwan ini, melakukan penelitian sedemikian rupa karena begitu tertariknya ia terhadap hewan yang bernama semut. Kemudian suatu saat, ada seorang ulama datang berkunjung padanya. Setelah bertemu dan berbincang-bincang mengenai apa yang telah diteliti oleh seorang ilmuwana ini, ulama tersebut memberikan satu pertanyaan kepada si ilmuwan. “Hai ilmuwan, kau mengaku tertarik dan telah meneliti hwan yang bernama semut ini selama 15 tahun lebih. Dan sampai sekarang pun kau belum merasa puas akan hasil penelitiannya. Lalu bagaimana dengan yang kau katakan bahwa kau tertarik dengan Nabi Muhammad SAW ? Sudah berapa tahun dalam hidupmu kau gunakan untuk mengenal, memahami, mendalami, dan meneladani sosok Nabi Muhammad SAW ?

Kurang lebih begitulah kisahnya. Dari kisah itu, saya yakin pikiran kita pun telah dipenuhi renungan, pertanyaan, bahkan kekecewaan atau penyesalan. Begitu pula dengan saya. Kalau saya adalah lulusan dari psikologi dan telah belajar mengenai ilmu psikologi selama 4 tahun diperkuliaahan, tapi saya menyadari bahwa saya sampai saat ini belum benar-benar pernah belajar, mengenal, memahami dan mendalami serta kemudian bisa meneladani sosok Nabi Muhammad SAW selama itu (4 tahun). Mempelajari bagaimana kehidupan beliau, mempelajari bagaimana keluarga dan sahabat beliau, mempelajari bagaimana perjuangan beliau berdakwah menyebarkan agama Islam. Hhmm… Kalau untuk belajar ilmu psikologi saja saya butuh waktu 4 tahun, berarti untuk belajar mengenai seorang kekasih Allah SWT kita harus lebih dari sekedar 4 tahun, harus lebih dari 10 tahun dalam hidup kita, harus lebih dari 20 tahun dalam hidup kita, karena kita harus mempelajarinya seumur hidup kita untuk meneladani setiap perilakunya walaupun kita akan tetap sangat jaaauuuhh dibandingkan dengannya.

Sebelum saya membuat tulisan ini, saya melihat acara televise sebentar. Dalam acara tersebut, Ustadz Quraish Shihab mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tidak kagum dan meneladani sosok Nabi Muhammad SAW setelah ia mempelajari kehidupan beliau. Entah itu Muslim atau non Muslim sekalipun. Jadi, agar selalu mencintai dan meneladani Nabi Muhammad SAW di tengah kondisi dunia seperti sekarang ini, maka pelajarilah sosok Nabi Muhammad SAW.  🙂

Oke… terima kasih sudah membaca tulisan saya kali ini. Minggu ini saya tidak menulis mengenai parenting, saya khusus menulis mengenai Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, sosok Nabi Muhammad SAW adalah sosok sempurna yang bisa dijadikan teladan bagi para orangtua dalam mendidik anak. Terakhir, Happy Reading and Let’s Learn Together.

 

 

Still and Always Learn, @Q_Qee