2019

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Masih hawa – hawa tahun baru kan ya ini? Ya.. walaupun sebenarnya Tahun Baru kita sebagai Umat Islam adalah tahun baru Hijriyah. Tapi sampai sekarang Tahun Baru Masehi masih menjadi pengukur keseharian kita. Kalender kita di rumah aja kan masih pada Kalender Masehi. Mungkin itu juga sebab kenapa kebanyakan orang Islam masih banyak yang belum hafal bulan-bulan dalam Hijriyah. Hayooo.. Yuk ah kita inget-inget sebentar sebelum lanjut kebahasan sebelumnya.

Bulan – bulan dalam Kalender Hijriyah

Muharram – Safar – Robi’ul Awwal – Robi’ul Akhir – Djumadil Awal – Djumadil Akhir – Rajab – Sya’ban – Ramadhan – Syawal – Dzulqoidah – Dzulhijjah.

Alhamdulillah… Semoga kita bisa terus tetap mengingat bulan-bulan Hijriyah tersebut ya ๐Ÿ˜†

Tahun Baru identik dengan resolusi baru. Semangat Baru. Rencana Baru. Impian Baru. Tujuan Hidup baru. Target Hidup baru. Kalian juga gitu gak?

Kalau saya sih iya. Karena menurut saya pribadi, tidak ada salahnya kita melihat kembali rencana hidup kita, visi misi kita, goals kita, supaya ke depannya, hidup kita bisa terarah sesuai dengan tujuan yang sudah kita tetapkan tersebut.

Nah biasanya, saya membuat resolusi tahunan tersebut yang kemudian saya breakdown menjadi target bulanan dan target harian. Jadi, tiap harinya saya tahu apa yang harus saya lakukan dan harus saya selesaikan.

Untuk tahun ini, saya sudah membuat sesuai dengan visi misi hidup dan kebutuhan saya.

1. Dhuha dan Tahajjud

Dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: “Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma’ruf nahyi mungkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha.” (HR. Muslim)

2. Kurangin Tidur

3. Kurangin Gadget

Hhmm.. sudah pada tahulah ya bahayanya gadget bila kita memakainya secara berlebihan. Sebenarnya bukan hanya gadget sih. Apapun yang digunakan atau dikonsumsi atau dilakukan secara berlebihan maka akan berdampak kurang baik bagi kita.

Poin ini juga tidak jauh berbeda dengan poin kedua (Kurangin Tidur. Agar tidak tidur berlebihan).

Dalam firman Allah, “…………… Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (Qs. Al An’am:141).

4. Olahraga

Saya menyadari bahwa setahun ke belakang ini saya kurang sekali berolahraga. Efeknya apa? Banyak banget. Badan jadi mudah lelah dan pegal-pegal. Padahal aktivitas harian saya juga gak banyak sebenarnya. Terus malah bikin mudah ngantuk. Percaya deh. Mudah mengantuk itu karena kita kekurangan oksigen. Nah, dengan kita berolahraga, pasokan oksigen untuk tubuh kita lebih banyak yang akhirnya kita semakin semangat dan tidak mudah merasa ngantuk, lelah, dan sebagainya.

5. Manage Uang

Saya adalah ibu rumah tangga dimana keuangan untuk urusan rumah tangga dipercayakan sepenuhnya oleh suami kepada saya. Mulai masalah perdapuran, listrik, air, sampai masalah investasi. Tapi tetap ya.. semua itu melalui persetujuan suami. Karena saya hanya manager rumah tangga, sedangkan suami adalah direkturnya. Jadi memanage uang ini menjadi salah satu peer saya yang belum tuntas di tahun kemarin. Harapannya, di tahun ini saya bisa tuntas memanage keuangan rumah tangga dengan rapi.

7. Produktif

Setiap harinya, saya menghabiskan waktu lebih banyak di rumah. Tetapi saya terus berusaha agar selalu produktif walaupun hanya di rumah. Seperti dengan mengikuti komunitas online yang positif (Ibu profesional, hafalan quran, hafalan hadits, dan sebagainya), atau dengan menulis di dalam blog ini contohnya. Tetapi, sampai tahun kemarin saya merasakan intensitas produktivitas saya masih sangat rendah. Jadi di tahun ini saya harus lebih meningkatkan intensitas ke-produktivitas-an tersebut dengan lebih disiplin terhadap diri sendiri. Wish me luck!

8. MOVE

ููŽุฅูุฐูŽุง ู‚ูุถููŠูŽุชู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ููŽุงู†ู’ุชูŽุดูุฑููˆุง ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุงุจู’ุชูŽุบููˆุง ู…ูู†ู’ ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูƒูŽุซููŠุฑู‹ุง ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชููู’ู„ูุญููˆู†ูŽ

Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. (Qs. Al-Jumu’ah: 10)

Ini yang membuat saya harus terus bergerak. Karena Allah memerintahkan kita untuk bertebaran di muka bumi untuk mendapatkan karunia dari Allah.

Disini saya mendefinisikannya adalah kita harus terus berikhtiar dan bergerak. Yang pastinya bergerak ke arah yang lebih baik. Dalam hal apapun. Kesehatan (baik itu jasmani maupun rohani), Rejeki yang berkah, karakter diri, keagamaan, peran diri (sebagai perempuan, anak, istri, dan juga seorang ibu in syaa Allah), dan lain sebagainya.

Intinya terus berbenah mengupgrade diri dalam segala hal menuju ke arah yang lebih baik agar mendapatkan karunia dan keberkahan dari Allah SWT.

Delapan poin resolusi saya tahun ini semoga bisa saya optimalkan hingga mencapai hasil yanh maksimal. Terima kasih teman-teman yang sudah membaca. Happy reading and let’s learn together. Wassalam.

.

.

.

.

.

Ibu Profesional,

@qeenurulmakkiyah (find me ๐Ÿ˜‰)

.

.

.

Sumber Bacaan :

– Al Quran

– Shahih Muslim versi Al Alamiyah.

Perlukah Memiliki Pendidikan Tinggi untuk Menjadi Seorang Ibu?

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Memang tidak cukup hanya sekedar niatan. Selama ini saya berniat untuk kembali menulis. Kembali menghidupkan blog yang sudah lama redup. Tapi selalu berhenti pada niatan. Dan itu tidak terjadi hanya satu atau dua kali saja. Setelah berniat tak ada kelanjutan, karena rasa malas yang begitu besar. Jangan ditiru ya…

Dan hari ini, alhamdulillah saya berhasil mengalahkan rasa malas itu. Dan… Happ!!! Inilah tulisan itu. Yang sedang teman-teman baca semua. Semoga ada kebaikan yang bisa diambil dari tulisan ini walaupun sedikit ya.

Nah, tulisan perdana saya setelah melalui tidur yang sangat panjang ini diawali dengan sebuah judul yang sangat panjang pula. “Perlukah memiliki pendidikan tinggi untuk menjadi seorang ibu?” Boleh loh, teman-teman jawab dulu pertanyaan tadi sebelum lanjut membaca. Hehehe… Kira-kira menurut teman-teman perlu gak ya?

“Aaahh.. Gak usah sekolah tinggi-tinggi, toh nanti akhirnya di rumah juga ngurus rumah dan anak.”

“Ngapain serius-serius belajar, toh nanti lulus ilmunya gak kepake` setelah nikah.”

“Mending belajar masak, jahit, beberes rumah, cuci-cuci.. Kan emang itu nanti yang kepake setelah nikah.”

Beberapa kalimat klise yang sering kita dengar itu memang tidak semuanya salah. Sebagai perempuan, kita memang dipaksa harus bisa memasak, beberes rumah, mencuci, dan melakukan urusan rumah lainnya. Walaupun di jaman sekarang ini banyak juga jasa yang menawarkan untuk melakukan tugas-tugas rumah tersebut. Nah, padahal aktivitas-aktivitas tersebut bukan sekedar aktivitas rutin biasa loh. Terutama untuk para istri dan ibu. Aktivitas tersebut adalah ladang pahala yang besar. Seperti yang pernah dikatakan oleh Rasulullah saw kepada putri tercintanya Fatimah Az Zahra dalam 10 nasihat atau wasiat untuk putrinya tersebut.

  1. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya kelak Allah tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diadonnya dan juga Allah akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.

  2. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.

  3. Wahai Fatimah! Sesungguhnya seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

(Nasihat-nasihat yang lainnya bisa teman-teman cari sendiri ya.. Saya hanya mencantumkan yang berkaitan dengan pembahasan kali ini).

Ada begitu banyak kebaikan dan keberkahan yang didapat dari aktivitas rutin tersebut kan. Akan terasa berbeda apabila kita melakukan aktivitas tersebut dengan niat dan semangat untuk mendapatkan kebaikan dan keberkahan tersebut. Setuju kan ya?

Sebelum kita lanjut, ada sebuah kalimat yang cukup menarik bagi saya dan ingin saya tampilkan disini.

WhatsApp Image 2018-10-10 at 12.52.19

Kalau saya sih Yess ya dengan kalimat ini. Hehehe… Karena ada syair Arab yang artinya “Ibu adalah Madrasah Pertama dan Utama Bagi Anak”. Dan seorang anak akan melakukan apa yang sering dilihatnya (Children See, Children Do). Sehingga, apabila ibu memberikan contoh atau teladan yang baik kepada anaknya, maka anak pun akan menjadi seorang yang baik nantinya. Dan apabila ibu memberikan pembelajaran dan bimbingan yang baik kepada anaknya, maka anak pun akan menjadi generasi yang baik pula nantinya.

Oleh karena itu, untuk dapat memberikan yang terbaik kepada anak, seorang ibu pasti membutuhkan cara atau ilmu yang harus dikuasai. Disinilah letak pentingnya pendidikan seorang ibu. Makanya saya setuju sekali dengan kalimat yang diucapkan Mbak Dian Sastrowardoyo tersebut. Tapi kemudian, pasti ada beberapa teman-teman yang bertanya-tanya, “Bukankah ilmu yang didapat saat kuliah sangat berbeda dengan ilmu yang dibutuhkan untuk mendidik anak?” Secara teknis, YA! Terlebih mungkin untuk beberapa jurusan kuliah seperti Jurusan Teknik, Keilmuan, dan lain sebagainya. Tetapi, dengan kita terus belajar dan menambah ilmu serta wawasan, maka pola pikir kita pun akan ikut terbentuk. Nah inilah yang nantinya bermanfaat saat kita mendidik anak.

“Lalu, apakah pendidikan tinggi tersebut hanya bisa didapatkan dalam sebuah pendidikan formal?”

Untuk pertanyaan tersebut, jawaban saya pribadi, TIDAK. Karena berpendidikan tidak harus belajar di sebuah pendidikan formal. Tetapi kita hanya perlu belajar dimana saja dan kapan saja. Karena belum tentu juga seseorang yang berpendidikan tinggi dalam sebuah pendidikan formal, mampu mendidik anaknya dengan baik.

Karena setelah berkuliah tinggi kita pun tetap harus mencari ilmu seputar parenting (ilmu pengasuhan anak) agar kita bisa meningkatkan kualitas peran kita sebagai seorang ibu. Bisa dengan cara bergabung dengan komunitas-komunitas positif baik online maupun offline yang memberikan ilmu-ilmu seputar hal-hal tersebut yang sudah banyak bermunculan sekarang ini. Komunitas seperti apakah contohnya? Pertanyaan ini akan terjawab ditulisan saya selanjutnya ya! Atau teman-teman bisa cari sendiri, tinggal searching di internet pasti ketemu deh! Okee.. Selamat mencari-cari komunitas yang sesuai dengan kebutuhan teman-teman ya… dan selamat belajar. Happy Reading and Let`s Learn Together. ๐Ÿ™‚

 

Ibu Profesional,

.

@qeenurulmakkiyah (instagram)

.

.

.

sumber bacaan :

http://www.isdaryanto.com/nasihat-rasulullah-kepada-fatimah-az-zahra

Bekal Pendidikan Anak

Bismillahirrohmannirohim. Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Halo temen-temen semuanya! Happy Ramadhan! Waa.. Gak terasa ya sudah memasuki 10hari terakhir di bulan Ramadhan. Semoga puasa kita semakin sempurna, sholat2 sunnah kita semakin rajin, baca AlQur’an kita semakin rutin. Amiin.. Oh ya, FYI ya.. Beberapa bulan ini, saya memiliki aktivitas dan kesibukan baru, jadi saya belum bisa rutin membuat tulisan seperti waktu-waktu sebelumnya. Mungkin ke depannya nanti, tulisan yang saya buat hanya satu tulisan setiap minggunya. Semoga saja dengan begitu, saya masih bisa tetap rutin menulis,ya.. ๐Ÿ™‚

Nah, minggu ini saya akan melanjutkan dari tulisan-tulisan saya yang sebelumnya. Beberapa minggu yang lalu, saya menuliskan tentang bekal yang sebaiknya diberikan kepada anak untuk melindungi anak dari lingkungan yang kurang baik. Seperti yang saya tuliskan pada “Pilih Yang Mana?” dan “Bekal Fisik Anak“. Bekal yang pertama yang bisa diberikan adalah Bekal Fisik Anak. Nah, sekarang saya akan bahas bekal yang kedua yang tidak kalah penting dengan bekal pertama, yaitu Bekal Pendidikan Anak.

Untuk menjelaskan tentang Bekal Pendidikan ini, saya awali dengan sebuah hadits,ya..

“Seseorang yang mendidik anaknya itu lebih baik daripada bersedekah satu sha’.” (HR. At Tirmidzi)

Nah, satu sha’ itu sendiri yang saya tahu adalah sebesar empat mud. Sedangkan satu mud adalah sekitar 675 gram. Jadi, satu sha’ adalah 4×675 gram. (Mungkin ada teman-teman yang lebih paham, mohon penjelasannya,ya.. :))

Di hadits yang lain mengatakan,

“Seorang ayah tidak pernah memberi kepada anaknya sesuatu yang lebih baik daripada adab yang mulia.” (HR. At Tirmidzi)

Jadi, kalau kita bisa mengambil kesimpulan dari kedua hadits tersebut, maka pemberian atau bekal terbaik kepada anak adalah pendidikan yang salah satunya atau sebaiknya ialah adab yang mulia. Dalam hal ini, saya semakin setuju bila orangtua tidak hanya memberikan pendidikan berupa penjelasan, tetapi juga berupa tauladan. Seperti yang pernah terjadi pada jaman Rasulullah SAW. Yang sudah pernah saya ceritakan pada tulisan saya sebelumnya di artikel, “Kacamata Ali bin Abi Thalib“. Bagi yang belum baca, bisa intip kesana dulu,ya.. Jadi saya tidak perlu cerita lagi. ๐Ÿ˜€

Kisah tersebut adalah salah satu contoh bagaimana mengajarkan anak untuk berperilaku dan berkata jujur. Yaitu dengan memberikan keteladanan pada anak (orangtua juga berperilaku dan berkata jujur).

Selain itu dalam sebuah hadits, Ibnu Abbas ra. Berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ajarlah, permudahlah, dan jangan persulit! Gembirakanlah dan jangan takut-takuti! Jika salah seorang dari kalian marah, hendaklah berdiam diri!” (HR. Ahmad dan Bukhari)

Hadits ini menjelaskan bagaimana cara orangtua memberikan pendidikan kepada anaknya. Selain memberikan tauladan, orangtua juga harus memudahkan anaknya dalam belajar dan mendapatkan sebuah pendidikan dalam hal apapun. Seperti, memberikan fasilitas belajar yang baik, tempat belajar (sekolah) yang baik, memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada anak untuk belajar, juga memberikan suatu penjelasan yang dapat diterima oleh pikiran anak sesuai usianya. Sehingga anak akan lebih mudah memahami sebuah ilmu.

belajar

Dalam hadits tersebut juga dikatakan, bahwa jangan menakut-nakuti anak. Seperti yang terjadi pada beberapa orangtua saat ini. “Hayoo.. Cepet makan. Kalo’ gak makan nanti ada hantu dateng loh,ya..”. Atau, “Eh,eh,nak.. Diem,nak.. Jangan nangis,cup cup.. Loh.. Lihat, ada harimau.. Haduu.. Takut.. Makanya jangan nangis, biar harimaunya gak kesini..” Dan contoh yang lain-lainnya. Kalau menurut saya, baiknya anak diberikan penjelasan yang benar. Mengapa ia tidak boleh menangis, mengapa ia harus makan, dan lain sebagainya. Jangan remehkan mereka dengan pemikiran, “Halah.. Anak kecil kan belum ngerti apa-apa.. Dikasih penjelasan juga gak akan paham”. Nah! Menurut saya justru sebaliknya. Anak kecil itu sangat cerdas. Dengan kita memberikan penjelasan yang benar, maka lambat laun mereka akan bisa menerima penjelasan tersebut dengan baik.

Untuk poin yang terakhir dalam hadits tersebut, sepertinya saya sudah pernah bahas dalam tulisan saya yang berjudul, “La Taghdhab!“. Yang belum sempet baca, bisa dilirik sebentar kesana,ya.. Heheheh ๐Ÿ˜€

Jadi, untuk melindungi anak dari pengaruh lingkungan yang kurang baik, orangtua bisa memberikan bekal berupa ilmu atau pendidikan dan juga bekal fisik untuk anak. Selain itu, serahkan semuanya kepada yang sepenuhnya memiliki anak kita (baca:orangtua), yaitu Allah SWT.

Okeii.. Sampai disini dulu tulisan saya kali ini. Semoga bermanfaat walaupun sedikit. Mari kita sharing dan berbagi bersama. Last, Happy Reading and Let’s Learn Together. ๐Ÿ™‚

 

Still and Always Learn, @Q_Qee

Kata Piaget

Bismillahirrohmannirrohim. Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Apa kabarnya nih semuanya? Semoga baik-baik aja dan tetep sehat, yaโ€ฆ Sehat itu penting, loh. Bahkan sangat penting. Apapun yang kita punya, tapi kalo` tanpa kesehatan ya percuma rasa-rasanya. Ya.. mungkin masih bisa sih menikmati, tapi menjadi kurang nikmat karena tanpa kesehatan. Ya, gak? Ya dongโ€ฆ ;p Minggu ini, saya spesial menulis tulisan ini dari kota kelahiran saya. Karena kebetulan minggu ini saya diberi kesempatan untuk mengunjungi dan berjalan-jalan di kota Banyuwangi. Kota yang sangat dekat dengan pantai dan sangat dekat dengan Bali serta berlimpah kulinernya. Heheheee…

Kalo` minggu kemarin saya sudah membahas tentang pemikiran seorang Sigmund Freud dalam perkembangan manusia, minggu ini saya akan membahas bagaimana menurut seorang Jean Piaget. Tetapi, bagi temen-temen yang belum sempat membaca artikel saya minggu lalu, sila buka di Freud Berkata. ๐Ÿ˜€

piaget1

Kata Jean Piaget, setiap manusia akan melampaui empat tahap dalam kehidupan. Nah, apa saja tahapan tersebut, yuk mari kita bahas satu-satu, ya…

Yang pertama adalah tahap sensorimotor yang berlangsung sejak kelahiran sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi mendapatkan informasi dan mulai mengenal tentang dunia melalui pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan motorik (gerak) fisiknya. Kebanyakan, pada awal tahap ini, gerak-gerak refleklah yang bekerja. Sedangkan di akhir tahap ini, sekitar usia 2 tahun, pola sensorimotornya mulai beroperasi dengan kompleks.

Tahapan yang kedua, Piaget menyebutnya sebagai tahap praoperasional yang berlangsung sekitar usia 2 tahun sampai 6 tahun. Ditahap ini, anak mulai belajar memahami segala sesuatu dalam kata-kata dan gambar-gambar. Dimulai dengan satu kata pemahaman, hingga membentuk satu kalimat. Selain itu, anak mulai memahami dunia secara simbolik (benda-benda) seperti yang ditunjukkan pada gambar tersebut. Mereka mulai mempertanyakan segala sesuatu, tetapi belum bisa mengoperasikan jawaban atas pertanyaan tersebut dalam pikiran mereka. Seperti contohnya, โ€œIni apa bunda?โ€ , โ€œIni buat apa, yah?โ€ , โ€œIni kok bisa gini ya, bunda?โ€, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang sering terlontar dari mulut anak.

piaget

Selanjutnya, tahap operasional konkret yang dimulai di usia sekitar 7 tahun dan berlangsung sampai usia sekitar 11 tahun. Nah, pada tahap ini anak sudah mulai memahami jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut. Kognitif atau yang biasa disebut nalar seorang anak di tahapan ini sudah mulai berjalan. Karena di tahapan ini anak sudah mulai memasuki Sekolah Dasar dan mulai mendapatkan sebuah ilmu. Sehingga pada tahap inilah kognitif seorang anak akan berkembang dengan pesat. Oleh karenanya, bila anak tersebut terbiasa dengan sebuah permainan (playstation, game online, dan lain sebagainya) yang mengajarkan sebuah kekerasan (misalnya) maka anak akan sangat mungkin memasukkan informasi tersebut dalam otak dan mulai menirunya.

Untuk tahapan yang terakhir, Piaget menyebutnya dengan tahapan operasional formal yang mulai di usia 11 tahun sampai 15 tahun. Di usia ini, anak mulai bisa berpikir dengan lebih logis dan abstrak. Dalam artian, mereka dapat menerima sebuah ilmu yang tidak tampak. Seperti keyakinan, aturan, prinsip hidup, dan lain sebagainya. Sehingga mereka akan melaksanakan sebuah perintah atau nasihat bila disertai sebuah penjelasan yang dapat mereka terima. Misalnya, โ€œKak, Nonton TV nya agak mundur, nanti matanya bisa rusak kayak tetangga sebelah yang pakai kacamata itu loh. Akhirnya kemana-kemana harus pakai kacamata. Kalau gak pakai, dia gak bisa melihat dengan jelas.โ€ Lain lagi dengan yang satu ini, โ€œKak, jangan nonton TV dekat-dekat!โ€ Pasti kemudian anak akan bertanya, โ€œKenapa memangnya, ma?โ€ Dan akan lebih menjadi salah kaprah bila kemudian anak mendapatkan jawaban, โ€œYa pokoknya jangan dekat-dekat. Sudah, nurut saja apa kata mama.โ€ Nahh, biasanya nih, kalimat terakhir ini muncul bila kita (baca:orangtua) dalam kondisi yang malas untuk memberikan penjelasan pada anak. Padahal bila hal ini diteruskan dapat โ€œmematikanโ€ kognitif anak.

Selain itu, anak akan lebih menyukai bila mendapatkan kesempatan untuk memberikan penjelasan terhadap apa yang dilakukan sebelum orang lain melarang atau memarahinya atas tindakan tersebut. Hal tersebut juga sangat bagus untuk melatih kemampuan kognitifnya (kemampuan berpikirnya). Seperti juga yang dilakukan oleh idola semua idola (hhehe.. kayak Idola Cilik), yaitu Rasulullah SAW.

Saat itu, ada anak kecil yang bernama Amru al Ghifari bersama teman-temannya yang sering melempari pohon kurma milik orang-orang Anshar. Agar pohon kurma tersebut buahnya jatuh dan bisa dimakannya. Kemudian hal itu dilaporkan kepada Rasulullah SAW. Akhirnya anak tersebut dibawa menghadap Rasulullah SAW dan beliau bertanya, โ€œNak, Mengapa engkau melempari pohon kurma?โ€ Amru al Ghifari menjawab, โ€œ Untuk saya makan buahnya.โ€ Beliau kemudian bersabda, โ€œ Kamu jangan lagi melempari pohon kurma, tapi makanlah dari buah yang jatuh di bawahnya.โ€ Selanjutnya beliau mengusap kepalanya dan berkata, โ€œYa Allah, kenyangkanlah perutnya.โ€

Dari kisah sederhana di atas ada banyak makna yang bisa kita ambil, kan? Jelas laahh… yang pertama seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Anak akan lebih suka bila diberi kesempatan untuk menjelaskan. Bukan langsung dimarahi dan dilarang. Selain itu, Rasulullah juga mengajarkan untuk memberikan solusi setelah memberikan larangan kepada anak. Sehingga anak tidak hanya mengetahui mana yang โ€œtidak bolehโ€, tapi juga mengetahui mana yang โ€œlebih baikโ€.

Sudah dulu ya untuk artikel minggu ini. Semoga bermanfaat untuk temen-temen semuanya. Selamat melakukan aktivitas dan harus tetap bersemangat! Last, Happy Reading and Letโ€™s Learn Together.

Still and Always Learn, @Q_Qee

Freud Berkata

Bismilahirrohmannirrohim. Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Selamat pagi menjelang siang buat temen-temen semuanya. Waktu yang pas buat DhuGem, nih. Hehehee… Maksudnya, Sholat Dhuha dengan Gembira. Manfaat sholat Dhuha sangat banyak loh.. Salah satunya adalah membuka pintu rejeki. Dan saya merasakan sendiri manfaat tersebut dalam kehidupan saya. Gak susah juga kok untuk melakukannya. Cukup meluangkan waktu beberapa menit disela-sela aktifitas kita sehari-hari untuk sholat minimal 2 rakaat. Kalo` sedang punya waktu yang lebih luang, bisa menambah jumlah rakaat tersebut dan melakukan salam di setiap 2 rakaat. Coba deh dan rasakan kedahsyatan dari sholat Dhuha sendiri. Pasti ketagihan. Hehehee… ๐Ÿ˜€

Hari ini, saya akan sedikit membahas berdasarkan teori perkembangan psikologi secara lebih sederhana. Teori ini saya ambil dari seseorang yang bernama Sigmund Freud. Menurut beliau, tahapan perkembangan setiap manusia itu terbagi menjadi lima tahap. Nah, apa saja tahapan itu, langsung aja deh yaa kita bahas bersama.

freud

Yang pertama adalah Oral Stage yang berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan dan pada masa tersebut sebuah kenikmatan berpusat di sekitar mulut. Dalam artian, pernahkan melihat bayi yang selalu ingin memasukkan segala macam benda ke dalam mulutnya? Nah, seperti itulah tahapan ini. Kita tidak bisa menyalahkan anak yang selalu memasukkan mainan ke dalam mulutnya. Kita pun tidak bisa menjauhkan mainan dari anak usia tersebut. Karena bagi mereka, mainan adalah hidup mereka. Rasulullah SAW pun mengakui betapa pentingnya sebuah mainan untuk anak-anak. Beliau pun pernah membelikan beberapa mainan untuk Husain, cucunya. Mainannya pun bermacam-macam. Mulai dari benda yang mati sampai benda yang hidup seperti anak anjing. Yang kemudian, setelah itu Jibril berkata kepada Rasulullah SAW, โ€œSesungguhnya kami, golongan malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya ada patung, anjing, dan orang yang sedang berjunub.โ€ (HR. Abu Ya`la)

Nah, kita kembali ke tahapan Freud. Tahapan yang kedua adalahAnal Stage berlangsung antara usia 1 โ€“ 3 tahun yang menurut Freud, kenikmatan terbesar seseorang muncul dari segala hal yang berhubungan dengan fungsi pengeluaran dari pencernaan (anus). Menurutnya, di usia 1 โ€“ 3 tahun anak akan giat melatih otot-otot alat pengeluaran pencernaannya untuk mengurangi tekanan dan ketegangan. Mungkin tahapan ini pula yang kemudian memunculkan toilet training di usia tersebut. Mengajarkan anak untuk mengontrol alat pengeluaran pencernaannya. Sehingga akhirnya bisa menahan pipisnya disaat belum berada di kamar mandi dan bisa mengontrolnya saat mereka (baca:anak) tertidur sehingga tidak mengompol, dan sebagainya.

Selanjutnya Phallic Stage yang terjadi di usia 3 sampai 6 tahun. Selama tahap ini, seseorang (anak) akan cenderung memunculkan perilaku yang mirip seperti orangtua sesama jenisnya. Anak perempuan akan meniru perilaku ibunya yang sedang memasak di dapur, meniru ibunya yang sedang berdandan di depan kaca, dan sebagainya. Sedangkan perilaku ayah akan mulai ditiru (modeling) oleh anak laki-laki yang berusaha untuk menjaga ibunya, memberikan rasa aman kepada ibunya, dan sebagainya. Itulah kemudian yang disebut dengan Oedipus Complex.

Lalu ada tahapan yang bernama Latency Stagesebuah tahapan yang berlangsung antara usia 6 tahun sampai menginjak masa pubertas seseorang. Yang biasanya terjadi pada tahapan ini adalah anak akan lebih mengembangkan keterampilan sosialnya dan intelektual mereka. Itulah mengapa, kita lebih sering melihat anak di usia ini ikut bergabung dalam sebuah percakapan. Apapun itu percakapannya, mereka akan tertarik, mendengar, dan mulai merekamnya di dalam otak. Jadi, berhati-hatilah terhadap perkataan yang kita bicarakan di sekitar mereka.

Dan kemudian Genital Stage. Ini adalah tahapan kelima dan tahapan terakhir menurut Freud yang berlangsung mulai masa pubertas seseorang dan seterusnya. Pada tahapan ini, seseorang akan lebih senang untuk mencari kesenangan di luar keluarganya. Karena pada tahapan sebelumnya mereka sudah mulai mengenal dunia selain keluarganya, maka di tahapan ini mereka akan mulai memilih mana dunia yang lebih bisa memberikannya kesenangan. Nah, tahapan inilah yang nantinya akan menentukan seseorang akan lebih nyaman berada di dalam keluarganya atau bahkan mereka lebih nyaman berada di luar lingkungan keluarganya. Jadi, di sini pulalah orangtua harus dengan cerdas menciptakan sebuah atmosfir positif dalam keluarga sehingga anak akan lebih memilih senang di dalam lingkungan keluarganya. Mungkin bisa dimulai dengan mengangkat sebuah kalimat, โ€œBaiti Jannatiโ€, yaitu Rumahku Surgaku. Dengan menanamkan kalimat tersebut kepada anak, maka apapun yang telah dilakukan anak di lingkungan luar keluarganya, maka mereka akan tetap kembali kepada keluarganya karena merasa dunia atau lingkungan yang paling menyenangkan adalah keluarganya atau rumahnya.

Terima kasih buat temen-temen yang sudah membaca tulisan saya minggu ini, semoga bermanfaat, ya… Last, Happy Reading and Letโ€™s Learn Together.

Still and Always Learn, @Q_Qee

KHUSUS Buat Para Wanita Calon Ibu, Yang Sudah Menjadi Ibu, dan Yang berIbu

Bismillahirrohmannirrohim. Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Gimana nih kabarnya para wanita? Khususnya buat para wanita yang menunggu pangeran kuda putihnya datang menjemput dan melamar. Termasuk saya nihh… Hehehehe.. ๐Ÿ˜€ Buat para wanita yang sudah mendapat status baru yaitu istri, mana suaranya?? Atau bahkan udah nambah status lagi jadi ibu? Uuu… pasti seneng deh. Punya perhiasan baru, yaitu anak. So sweet banget.. jadi kepengen punya juga saya nih. Hhehehe.. ๐Ÿ˜€ Udah ah. Kalo` diterusin bisa-bisa saya curhat nanti ini.

Oke-okee.. Sesuai dengan janji saya minggu lalu, minggu ini saya akan bahas khusus buat para wanita calon ibu, yang sudah menjadi ibu, dan yang berIbu. Tapi, kalo` temen-temen mau ngelirik dikit artikel saya sebelumnya yang khusus buat para lelaki boleh kok.. Di KHUSUS Buat Para Lelaki Calon Ayah, Yang Sudah Menjadi Ayah, dan Yang berAyah.

Minggu ini, saya awali dengan sebuah sabda dari Rasulullah SAW :

“”Harta yang paling baik adalah lisan yang selalu berdzikir, hati yang selalu bersyukur dan istri sholihah yang membantu seorang mukmin atas keimanannya. “

Na, karena hari ini kita lagi bahas tentang wanita, jadi point utama kita dari kalimat di atas adalah hal yang terakhir. Yaitu istri sholihah. Salah satu ciri istri sholihah adalahย  wanita yang rela mengandung anaknya hingga kurang lebih 9 bulan, kemudian menyusuinya sampai 2 tahun lamanya. Tepat seperti yang dikatakan Allah SWT dalam Al Qur`an :

“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya ,ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun, bersyukurlah kepada ku ย dan kepad kedua orang tuamu ,hanya kepada ku lah kembalimuโ€ย  (Q.S. Luqman : 14)

Oleh karena itu, ASI atau Air Susu Ibu adalah hak bagi setiap bayi. Bukan diganti dengan susu formula yang kebanyakan berasal dari susu hewan (susu sapi). Anak sapi saja tidak mau meminum susu kambing atau susu selain sapi. Apalagi bayi manusia. Pastinya lebih tepat diberikan susu yang berasal dari manusia pula, yaitu ASI. Oleh karena itu, bagi para ibu memang seharusnya memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. ASI eksklusif di sini artinya adalah anak hanya mendapatkan asupan gizi dari ASI tanpa dibantu oleh makanan pendamping lainnya. Baru setelah 6 bulan, anak bisa mendapat MP-ASI. Makanan pendamping plus ASI sampai dua tahun. Mengapa dua tahun? Hal ini juga telah dituliskan di dalam Al Qur`an. Jadi pasti benernya niihh…

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (Q.S. Al Baqorah : 233)

Lalu bagaimana dengan ibu yang bekerja? Naahh, seharusnya ini jadi sorotan pemerintah tersendiri nih. Karena kebanyakan beberapa lapangan pekerjaan hanya memberikan cuti hamil dan melahirkan selama kurang lebih 6 bulan. Seharusnya kebijakan tersebut sudah harus diubah menjadi 2 tahun. Agak mustahil memang ya? Tapi enggak, kok. Karena ternyata hal tersebut sedang diperjuangkan oleh para dokter kandungan dan bidan kepada pemerintah. Karena memang hal ini sangat penting. Menyangkut kehidupan seorang anak, dan lebih dari itu menyangkut kemajuan bangsa dan agama karena mereka adalah generasi masa depan.

Selain itu, kalo` dilihat dari kacamata psikologi, pemberian ASI akan lebih efektif bila ibu dan bayi langsung bersentuhan (tidak dipompa dan diberikan melalui botol). Karena pada saat ibu menyusui, disitulah terjadi kedekatan (attachment) antara ibu dan anak yang nantinya akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis si anak yang merasa nyaman berdekatan dengan ibu. Hal inilah yang memicu beberapa ahli yang menyarankan dilakukakn inisiasi menyusui dini setelah kelahiran. Yaitu proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Karena, ASI saat keluar beberapa saat setelah kelahiran mengandung kolostrum (berwarna kekuning-kuningan) yang menurut beberapa literatur merupakan “imunisasi alami” bagi bayi atau sebagai obat yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi.

Hhmm.. bahas ASI aja sepanjang ini ya? Apalagi bahas yang lain. Padahal masih banyak keutamaan ASI yang belum saya tuliskan. Tapi temen-temen pasti sudah tahu apa saja itu. Okelah. Untuk bahasan hak anak dari orang tua yang lainnya kita bahas lain waktu saja. Biar lebih spesifik.

Yang jelas, ASI sangat penting untuk bayi. Dan akan terlihat perbedaan yang muncul beberapa tahun kemudian antara anak yang diberikan ASI selama dua tahun oleh ibunya dengan yang tidak. Selain fisiknya lebih sehat (tidak mudah sakit), secara kognitifnya (daya pikir dan kecerdasan) pun juga berbeda.

Kalo` hak itu diberikanoleh ibu pada anak, gak salah lahh kalimat yang bilang SURGA DI TELAPAK KAKI IBU. Karena begitu banyak pengorbanan yang dilakukan ibu pada anak. Kalo` sudah seperti ini, siapkah kita menjadi ibu yang baik bagi anak? Yang bersedia memberikan hak anak dengan sepenuhnya? Kalo` sudah seperti ini, masihkah ada alasan kita untuk tidak sayang pada ibu kita? Coba kita pikirkan lagi.. Oke.. Saya akhiri ya.. Semoga bermanfaat. Happy Reading and Let’s Learn Together. ๐Ÿ™‚

Still and Always Learn, @Q_Qee