Freud Berkata

Bismilahirrohmannirrohim. Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Selamat pagi menjelang siang buat temen-temen semuanya. Waktu yang pas buat DhuGem, nih. Hehehee… Maksudnya, Sholat Dhuha dengan Gembira. Manfaat sholat Dhuha sangat banyak loh.. Salah satunya adalah membuka pintu rejeki. Dan saya merasakan sendiri manfaat tersebut dalam kehidupan saya. Gak susah juga kok untuk melakukannya. Cukup meluangkan waktu beberapa menit disela-sela aktifitas kita sehari-hari untuk sholat minimal 2 rakaat. Kalo` sedang punya waktu yang lebih luang, bisa menambah jumlah rakaat tersebut dan melakukan salam di setiap 2 rakaat. Coba deh dan rasakan kedahsyatan dari sholat Dhuha sendiri. Pasti ketagihan. Hehehee… 😀

Hari ini, saya akan sedikit membahas berdasarkan teori perkembangan psikologi secara lebih sederhana. Teori ini saya ambil dari seseorang yang bernama Sigmund Freud. Menurut beliau, tahapan perkembangan setiap manusia itu terbagi menjadi lima tahap. Nah, apa saja tahapan itu, langsung aja deh yaa kita bahas bersama.

freud

Yang pertama adalah Oral Stage yang berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan dan pada masa tersebut sebuah kenikmatan berpusat di sekitar mulut. Dalam artian, pernahkan melihat bayi yang selalu ingin memasukkan segala macam benda ke dalam mulutnya? Nah, seperti itulah tahapan ini. Kita tidak bisa menyalahkan anak yang selalu memasukkan mainan ke dalam mulutnya. Kita pun tidak bisa menjauhkan mainan dari anak usia tersebut. Karena bagi mereka, mainan adalah hidup mereka. Rasulullah SAW pun mengakui betapa pentingnya sebuah mainan untuk anak-anak. Beliau pun pernah membelikan beberapa mainan untuk Husain, cucunya. Mainannya pun bermacam-macam. Mulai dari benda yang mati sampai benda yang hidup seperti anak anjing. Yang kemudian, setelah itu Jibril berkata kepada Rasulullah SAW, “Sesungguhnya kami, golongan malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya ada patung, anjing, dan orang yang sedang berjunub.” (HR. Abu Ya`la)

Nah, kita kembali ke tahapan Freud. Tahapan yang kedua adalahAnal Stage berlangsung antara usia 1 – 3 tahun yang menurut Freud, kenikmatan terbesar seseorang muncul dari segala hal yang berhubungan dengan fungsi pengeluaran dari pencernaan (anus). Menurutnya, di usia 1 – 3 tahun anak akan giat melatih otot-otot alat pengeluaran pencernaannya untuk mengurangi tekanan dan ketegangan. Mungkin tahapan ini pula yang kemudian memunculkan toilet training di usia tersebut. Mengajarkan anak untuk mengontrol alat pengeluaran pencernaannya. Sehingga akhirnya bisa menahan pipisnya disaat belum berada di kamar mandi dan bisa mengontrolnya saat mereka (baca:anak) tertidur sehingga tidak mengompol, dan sebagainya.

Selanjutnya Phallic Stage yang terjadi di usia 3 sampai 6 tahun. Selama tahap ini, seseorang (anak) akan cenderung memunculkan perilaku yang mirip seperti orangtua sesama jenisnya. Anak perempuan akan meniru perilaku ibunya yang sedang memasak di dapur, meniru ibunya yang sedang berdandan di depan kaca, dan sebagainya. Sedangkan perilaku ayah akan mulai ditiru (modeling) oleh anak laki-laki yang berusaha untuk menjaga ibunya, memberikan rasa aman kepada ibunya, dan sebagainya. Itulah kemudian yang disebut dengan Oedipus Complex.

Lalu ada tahapan yang bernama Latency Stagesebuah tahapan yang berlangsung antara usia 6 tahun sampai menginjak masa pubertas seseorang. Yang biasanya terjadi pada tahapan ini adalah anak akan lebih mengembangkan keterampilan sosialnya dan intelektual mereka. Itulah mengapa, kita lebih sering melihat anak di usia ini ikut bergabung dalam sebuah percakapan. Apapun itu percakapannya, mereka akan tertarik, mendengar, dan mulai merekamnya di dalam otak. Jadi, berhati-hatilah terhadap perkataan yang kita bicarakan di sekitar mereka.

Dan kemudian Genital Stage. Ini adalah tahapan kelima dan tahapan terakhir menurut Freud yang berlangsung mulai masa pubertas seseorang dan seterusnya. Pada tahapan ini, seseorang akan lebih senang untuk mencari kesenangan di luar keluarganya. Karena pada tahapan sebelumnya mereka sudah mulai mengenal dunia selain keluarganya, maka di tahapan ini mereka akan mulai memilih mana dunia yang lebih bisa memberikannya kesenangan. Nah, tahapan inilah yang nantinya akan menentukan seseorang akan lebih nyaman berada di dalam keluarganya atau bahkan mereka lebih nyaman berada di luar lingkungan keluarganya. Jadi, di sini pulalah orangtua harus dengan cerdas menciptakan sebuah atmosfir positif dalam keluarga sehingga anak akan lebih memilih senang di dalam lingkungan keluarganya. Mungkin bisa dimulai dengan mengangkat sebuah kalimat, “Baiti Jannati”, yaitu Rumahku Surgaku. Dengan menanamkan kalimat tersebut kepada anak, maka apapun yang telah dilakukan anak di lingkungan luar keluarganya, maka mereka akan tetap kembali kepada keluarganya karena merasa dunia atau lingkungan yang paling menyenangkan adalah keluarganya atau rumahnya.

Terima kasih buat temen-temen yang sudah membaca tulisan saya minggu ini, semoga bermanfaat, ya… Last, Happy Reading and Let’s Learn Together.

Still and Always Learn, @Q_Qee

5 respons untuk ‘Freud Berkata

Tinggalkan komentar