Bismillahirrohmannirrohim. Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…
Tulisan kali ini, saya awali dengan sebuah hadits Nabi kita tercinta, Nabi Muhammad SAW yaitu,
“Didiklah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya.” (HR. Ibnu Majah)
Atau, di hadits yang lain mengatakan,
saat Abu Dzar berkata kepada saudaranya tatkala datang berita diutusnya Rasulullah SAW, “Pergilah engkau ke lembah itu dan dengar apa yang diucapkannya.” Kemudian saudara Abu Dzar tersebut kembali lalu menyampaikan, “Aku melihat dia (Nabi Muhammad SAW) memerintahkan kepada budi pekerti yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits-hadits tersebut, salah satu poin yang dapat diambil adalah bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita (umatnya) untuk senantiasa memperbaiki budi pekerti. Dalam hal ini, termasuk juga anak-anak. Nah, karena anak-anak belum mengetahui bagaimana membentuk budi pekerti yang baik, maka peran orangtualah yang sangat dibutuhkan disini. Untuk membentuk budi pekerti anak, ada empat hal yang penting untuk diperhatikan. Yaitu tauladan, lingkungan, bacaan dan tontonan anak-anak. Nah, tulisan kali ini, kita akan membahas keempat hal tersebut.
Yang pertama, untuk tauladan, pada tulisan saya sebelumnya sudah pernah saya bahas akan pentingnya memberi tauladan yang baik kepada anak-anak. Dari pemberian tauladan yang baik mengenai budi pekerti, anak kemudian akan meng-copy perilaku tersebut dan menjadikannya sebagai perilakunya pula. Karena anak-anak sangat mudah meniru apa yang mereka lihat, terutama orangtuanya (orang yang pertama dan paling dekat dengannya). Untuk lebih jelasnya, bisa diintip kembali tulisan saya mengenai tauladan pada judul “Kacamata Ali bin Abi Thalib (3)” dan juga “Parenting Cerdas”
Lalu poin kedua, yaitu lingkungan. Sangat penting untuk anak berada pada lingkungan yang positif. Tidak hanya membentuk lingkungan keluarga yang baik, tapi juga menemukan atau menciptakan lingkungan sosial yang baik untuk anak. Sehingga anak akan hidup dan terbiasa berada di lingkungan baik, yang terdapat orag-orang yang dapat memberinya ilmu mengenai budi pekerti yang baik. Seperti pula yang sudah pernah saya tulis dalam tulisan saya “Pilih Yang Mana?” dan Fragnant with The Perfume Seller.
Sedangkan untuk poin yang ketiga dan keempat, yaitu bacaan dan tontonan untuk anak-anak, ini sebenarnya juga termasuk di dalam lingkungan yang baik bagi anak. Tapi, sengaja saya sendirikan karena saat ini, bacaan dan tontonan untuk anak menurut saya tak lagi “sehat” untuk mereka (baca:anak-anak). Walaupun pada bukunya tertulis “BACAAN ANAK”, tapi ternyata tidak menjamin bahwa isinya dapat dikonsumsi untuk anak-anak. Seperti yang pernah saya temui pada sebuah artikel, bahwa terdapat buku “BACAAN ANAK” yang berisi pornografi di dalamnya. Atau bahkan buku pelajaran untuk anak tapi terdapat bacaan yang bukan mengenai dunia anak-anak. Justru berisi mengenai perselingkuhan, perceraian orangtua, dan lain sebagainya. Hhmm… miris memang, tapi inilah yang sedang terjadi saat ini. Oleh karena itu, penting kiranya orangtua lebih selektif dalam memilihkan bacaan untuk anak-anak. Kalo` perlu dibaca dulu buku yang akan diberikan pada anak. Bukan hanya dibaca judulnya, tapi juga isi dan dilihat gambar-gambar yang ada dalam buku tersebut.
Selain itu, tontonan anak-anak juga harus menjadi perhatian orangtua. Saat ini, banyak sekali pilihan film kartun untuk anak-anak. Di televisi, dalam bentuk DVD, VCD, youtube, atau bahkan di bioskop. Tapi, tetap perlu kiranya orangtua untuk menyeleksi film kartun yang ditonton anak-anak. Karena, menurut saya, ada film yang justru kalau ditonton balita yang sedang belajar berbicara, membuat balita tersebut malah susah untuk meningkatkan perkembangan bahasanya. Karena film kartun tersebut tidak menampilkan bahasa yang dapat dipelajari anak, bahkan film kartun tersebut hanya memunculkan suara-suara aneh yang kemungkinan akan ditiru anak. Misalkan, anak balita yang sedang belajar bicara diberikan tontonan film kartun yang tidak ada percakapan bahasanya. Hal tersebut tidak akan merangsang anak untuk berbicara. Maka, berikanlah rangsangan pada balita tersebut tontonan yang dapat melatih kemampuan bicaranya (yang ada mengenal kata benda, kerja, dan sebagainya). Kemudian, ada juga film kartun yang walaupun kemasannya dalam bentuk kartun, tapi cerita film tersebut lebih cocok dikonsumsi oleh orang dewasa. Seperti film yang memperlihatkan keseksian wanita, atau ada “adegan pacaran” atau adegan kekerasan yang justru nanti bisa ditiru oleh anak. Hhm.. kalau lingkungan dan jaman tidak bisa dikendalikan, maka anaklah yang harus kita (baca:orangtua) kendalikan. 🙂
Dan, sampai disini tulisan saya kali ini, semoga bermanfaat untuk semua yang membaca. Terima kasih sudah membaca, ya… Happy Reading and Let’s Learn Together. 🙂
Still and Always Learn, @Q_Qee